TAMBANG.COM – Jakarta – PT PAL Indonesia bekerja sama dengan Thorcon International Pte, Ltd. (Thorcon) untuk mengembangkan Pembangkit Listrik Tenaga Thorium (PLTT). Rencananya pembangkit ini akan beroperasi secara komersial pada 2026.
Direktur Rekayasa Umum, Pemeliharaan dan Perbaikan PT PAL Sutrisno mengatakan, kerja sama ini adalah bagian daripada road map pengembangan teknologi yang ingin kuasai PT PAL. Sebab sejak tahun 1987 PT PAL sudah membuat komponan listrik.
“Sebenarnya kalau liat di road map penguasaan teknologi yang saya sering presentasikan pada saat ada tamu di PT PAL, ini adalah bagian daripada road map pengembangan teknologi yang ingin saya kuasai” ungkap Sutrisno saat penandatanganan MoU di Jakarta, Rabu (17/7).
Lebih lanjut Sutrisno mengungkapkan internal PT PAL sudah melakukan kajian-kajian baik dari sisi market ekonomi , teknis maupun legal. PT PAL menyatakan bahwa pengembangan dan implementasi PLTT ini sangat visible.
“Kami sangat yakin bisa memenuhi keinginan dari Thorcon dari sisi competitiveness price, saya kira kalau dari teknis gak ada isu sehingga sekarang challangenya adalah bagaimana saya bisa memberikan pricing kepada Thorcon yang bisa memenuhi total cost productionyang diinginkan,” lanjut Sutrisno.
Chief Representative Thorcon Bob S Effendi mengungkapkan Thorcon yakin bahwa reaktor beserta komponen pendukung dapat dibuat PT PAL dimana terbukti berpengalaman membuat kapal dan konstruksi besi dengan standar dunia lebih dari empat dekade. Menurut Bob kerjasama PT PAL dan Thorcon ini dapat menjadi awal dari terbangunnya industri nuklir nasional sesuai amanat PP 14 tahun 2015 tentang Rencana Induk Induatri Nasional.
Bob Optimis PLTT ini dapat memberikan kontribusi bagi perekonomian nasional. PLTT pertama ditargetkan akan memiliki Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) sekitar 10 persen.
“Thorcon akan terus mencoba meningkatkan presentase TKDN untuk tiap PLTT yang terpasang di Indonesia sehingga pasca 2030 pabrik PLTT dapat dibangun di Indonesia sebagai wujud nyata pengembangan industri nuklir di Indonesia,” ungkap Bob.
Rencananya PLTT akan dibangun oleh Daewoo Shipyard & Marine Engineering (DSME) di Korea Selatan yang merupakan galangan kapal nomor dua terbesar di Dunia. DSME telah mengonfirmasi sanggup membangun desain PLTT dalam kurang dari tiga tahun.
“Jadi kita sudah diskusi dan komunikasi dengan PT PAL itu sudah lebih dari enam bulan, bahkan sudah ke Korea Selatan,” lanjut Bob.
Dalam hal ini Thorcon telah menyatakan keseriusannya kepada pemerintah dengan melakukan investasi sebesar USD1,2 Miliar atau sekitar Rp17 triliun.
Saat ini Thorcon bersama Balitbang ESDM sedang melakukan kajian terhadap pengembangan dan implementasi PLTT yang diharapkan selesai dalam waktu dekat dan dapat menjadi bahan pertimbangan kepada pemerintah untuk dapat memberikan izin sehingga pada tahun 2026 PLTT sudah dapat beroperasi secara komersial.
Untuk diketahui, Thorium Molten Salt Reactor 500MW (TMSR500) Power Plant yang dikenal sebagai PLTT 500 MW ini akan dibuat dengan design struktur kapal dengan panjang 174 meter dan lebar 66 meter yang setara dengan tanker kelas Panamax. PLTT memiliki konsep desain modular dengan kapasitas tiap reaktor 250 MW yang dapat dioperasikan multimode, baik secara baseload atau load follow.
Bob meyakini bahwa PLTT dapat menghasilkan listrik bersih yang lebih murah dari batu bara sehingga dapat menjadi sistem energi andalan menuju ekonomi rendah karbon. Selain itu harga jual listrik di bawah BPP Nasional sehingga tarif listrik ke masyarakat dapat turun.
“PLTT juga memiliki tingkat keselamatan yang tinggi sekali, jadi dengan kata lain kejadian seperti Fukushima dan Chernobyl ini gak mungkin terjadi,” kata Bob.