Prabowo Gandeng Perusahaan AS Kembangkan Nuklir di Indonesia
August 24, 2020Pengembangan Teknologi Thorium dan Kebangkitan Bangsa Indonesia
September 10, 2020DUNIATAMBANG.CO.ID – Logam Tanah Jarang (LTJ) atau Rare Earth Element merupakan 17 unsur tambang paling langka yang ada di muka bumi. Unsur-unsur ini menjadi sulit didapatkan karena tingkat konsentrasi endapannya yang rendah, sehingga keberadaannya kerap tersebar secara acak di permukaan bumi, tidak seperti unsur atau mineral tambang lainnya seperti nikel, timah dan emas.
LTJ kerap ditemukan sebagai material bawaan pada material tambang tertentu. Salah satu contohnya adalah thorium (Th) yang sering ditemukan pada galian timah di Kepulauan Bangka dan Belitung. Thorium adalah salah satu LTJ yang tergolong unsur radioaktif dan memiliki potensi sebagai bahan pembangkit tenaga listrik bertenaga nuklir. Bahkan, energi listrik yang dihasilkan dari pengolahan thorium diklaim jauh lebih bersih daripada listrik yang dihasilkan oleh pembangkit listrik lain, seperti PLTU atau PLTG.
Pusat Teknologi dan Keselamatan Reaktor Nuklir (PTKRN) mengatakan bahwa thorium banyak dijumpai di Indonesia dalam bentuk mineral monasit yang berasosiasi dengan endapan timah. Mengingat tambang timah terbesar di Indonesia terdapat di Kepulauan Babel, maka anggapan bahwa Babel memiliki cadangan thorium dalam jumlah besar tampaknya cukup menjanjikan untuk diuji.
Situs jejaring BATAN menyebutkan jika kadar thorium yang terdapat dalam endapar monasit dapat mencapai 4,738%. Saat ini, jumlah cadangan thorium dunia diperkirakan mencapai 6.355.000 ton. Dari 16 negara di dunia yang memiliki cadangan thorium tinggi, India menempati posisi teratas dengan cadangan sebesar 846.000 ton.
BATAN saat ini sudah memiliki teknologi pengolahan bijih thorium, termasuk teknologi pemisahan thorium dari mineral monasit. Data penelitian tahun 2015 mencatat jika terdapat cadangan thorium hingga sebesar 130.974 ton di tanah air, ditambah 74.397 ton cadangan uranium. Selain di Kepulauan Babel, potensi thorium Indonesia juga terdapat di Pulau Singkep, Kalimantan Barat dan Mamuju.
Meski dapat menghasilkan bahan bakar nuklir alternatif, thorium tidak bisa langsung menghasilkan reaksi nuklir. Thorium hanya dapat menghasilkan reaksi nuklir jika dipicu oleh bahan bakar nuklir lain, seperti uranium-235, plutonium-239 dan uranium-233. Ketiga bahan nuklir tersebut merupakan bahan fisi (dapat membelah) yang apabila bereaksi dengan neutron akan mengalami reaksi fisi dan menghasilkan unsur sebagai produk fisi, neutron dan panas. Panas yang dihasilkan digunakan untuk membangkitkan listrik, sedangkan neutron dipakai untuk bereaksi dengan thorium menjadi bahan fisi U-233.
Bangka – Belitung akan Bangun PLTT
Potensi energi baru dan terbarukan (EBT) dalam satu dekade terakhir kerap menyedot perhatian pemimpin-pemimpin dunia. Emisi karbon yang dihasilkan oleh pembakaran bahan bakar fosil mulai dipandang sebagai sesuatu yang harus ditekan semaksimal mungkin, dan salah satu jalan untuk melakukannya adalah dengan beralih ke penggunaan EBT yang lebih ramah lingkungan.
Gubernur Kepulauan Babel, Erzaldi Rosman pada Juli lalu menyatakan jika pemerintah Babel sudah mulai melakukan perencanaan pembangunan Pembangkit Listrik tenaga Thorium (PLTT). Mereka bahkan telah menjalin kerjasama dengan ThorCon International Pte. Ltd dan bersiap menandatangani nota kesepahaman. Masuknya ThorCon ke dalam usaha pengelolaan thorium di Babel disertai dengan surat rekomendasi dari Menko Kemaritiman dan Investasi Indonesia, Luhut Binsar Panjaitan.
Menurut Bob S. Effendi, CEO ThorCon International, saat ini pengelolaan PLTN, termasuk yang ditenagai dengan thorium sudah memperoleh lampu hijau dari pemerintah. Hal tersebut tampak pada regulasi-regulasi pemerintah, antara lain Kepmen 39K/20/MEM/2019 (persiapan pembangunan PLTN) dan Perpres No.18 tahun 2020-RPJMN 2020-2024 (Pembangunan PLTN paska 2024, periode 2020-2024 dimulai dengan beberapa kajian). Banyak ahli nuklir menyimpulkan jika secara teoritis, teknologi ThorCon MSR memiliki tingkat keselamatan yang tinggi.
Lebih lanjut, jika potensi thorium Babel benar-benar dapat dikelola dengan baik menjadi PLTT, maka tarif listrik di wilayah Babel yang ditenagai oleh PLTT juga dapat diturunkan. ThorCon berencana mengembangkan dan membangun PLTT bertenaga 500 MW tanpa bantuan APBN, kemudian menjual listrik kepada PLN dengan kisaran harga yang kompetitif dengan listrik hasil PLTU. Dengan pasokan thorium langsung dari PT. Timah, biaya produksi listrik tersebut dinilai akan jauh lebih terjangkau daripada memproduksi listrik dengan PLTU yang menggunakan batubara.
Berapa lama hingga PLTT dapat Beroperasi?
Masyarakat Babel dan Indonesia pada umumnya tentu harus bersabar dalam menantikan debut PLTT. Pasalnya, meski thorium memiliki sifat radioaktif yang relatif lemah daripada uranium, pengolahan thorium menjadi energi listrik ternyata melibatkan proses yang sangat rumit. Thorium sendiri masih memerlukan reaksi fisi dengan bantuan uranium agar dapat menghasilkan energi, sehingga kemampuan thorium menghasilkan energi pada mulanya akan sangat bergantung dengan teknologi pengolahan uranium di Indonesia.
Untuk pemetaan potensi thorium saja, BATAN membutuhkan anggaran dana sebesar Rp. 3 miliar per tahun. Penelitian thorium hingga siap digunakan kemungkinan akan menelan biaya hingga USD299 juta (sekitar Rp.4,35 triliun). Setelah pemetaan potensi, masih perlu dilakukan kajian lebih dalam lagi pada berbagai segmen, mulai dari pembangunan teknologi pengelolaan thorium hingga uji kelayakan proyek pembangunan PLTT. BATAN meramalkan jika Indonesia akan membutuhkan waktu setidaknya 30 tahun sebelum benar-benar bisa mengelola PLTT secara komersial.
Penggunaan thorium sebagai alternatif sumber energi sudah dikaji oleh banyak negara di dunia dalam 50 tahun terakhir, termasuk Amerika Serikat, Jerman, India, Jepang, Tiongkok, Belanda, Norwegia dan lain-lain. Beberapa negara tersebut bahkan sempat berhasil menggunakan energi dari hasil pembakaran thorium, tetapi tidak berlansung lama, biasanya karena masalah teknis atau keterbatasan teknologi yang ada pada masanya. Pengelolaan thorium sebagai alternatif energi di dunia pun mundur kembali ke tahap riset dan pengujian.
Saat ini belum ada PLTT yang beroperasi secara komersial di dunia. Jika Pemprov Babel dan Thorcon dapat merealisasikan PLTT, maka Indonesia bukan hanya akan memiliki PLTT pertama di dunia, tetapi juga berpotensi menjadi pusat kajian dan pengembangan pemanfaatan thorium sebagai sumber energi alternatif, meski akan dibutuhkan waktu sangat lama untuk mewujudkan cita-cita tersebut.