Tangerang, 25 Oktober 2023 | Dewan Energi Nasional bekerjasama dengan PT ThorCon Power Indonesia mengadakan kegiatan Focus Group Discussion (FGD) yang bertempat di Hotel Mercure BSD. Kegiatan ini diinisiasi untuk mensosialisasikan hasil riset dan inovasi dalam rangka persiapan pembangunan proyek ThorCon TMSR500, yang diharapkan akan menjadi salah satu potensi proyek PLTN pertama di Indonesia.
Pada sambutan utamanya Sekretaris Jenderal Dewan Energi Nasional, Djoko Siswanto menyatakan, “Saat ini DEN tengah merencanakan pembentukan Komite Pelaksana Program Energi Nasional (KPPEN) yang akan berperan penting dalam persiapan dan pengoperasian PLTN pertama di Indonesia.” Beliau juga menekankan pentingnya melibatkan berbagai pemangku kepentingan dalam tata kelola KPPEN mengingat karakteristik penting PLTN sebagai obyek vital strategis.
Lebih lanjut, Agus Puji Prasetyono selaku anggota DEN mengungkapkan, “Penggunaan energi nuklir dapat dimanfaatkan sebagai alternatif untuk menggantikan energi fosil yang syarat dengan Emisi CO2 dan GRK. Untuk itu DEN mendukung tujuan ini agar pada tahun 2032 PLTN dapat dibangun, mengingat energi nuklir merupakan solusi fleksibel, ramah lingkungan dan dapat memenuhi kebutuhan energi di Indonesia sekaligus meningkatkan pertumbuhan ekonomi agar bangsa Indonesia keluar dari middle income trap dan menjadi negara maju 2045”
Turut hadir melalui daring Direktur Utama PT ThorCon Power Indonesia, David Devanney menegaskan bahwa “ThorCon siap untuk memulai konstruksi pada tahun 2024 dan mengharapkan dapat mulai beroperasi secara komersial pada tahun 2030 sesuai dengan yang ditargetkan oleh DEN. Hal ini dilakukan dalam upaya mengatasi pemanasan global dan perubahan iklim”.
Pada sesi pertama Direktur Pengaturan, Pengawasan Instalasi dan Bahan Bakar Nuklir BAPETEN, Haendra Subekti menyampaikan bahwa berdasarkan hasil konsultasi 3S, ThorCon telah menunjukan hal konkrit dan paling siap melakukan persiapan dan pembangunan PLTN pertama sesuai dengan persyaratan perizinan yang berlaku. Selain itu hasil dari Feasibility Study yang dilakukan oleh PLNE menyatakan bahwa aspek sipil dan geologi, tidak ada indikasi ancaman bencana geologi “major” di pulau Kelasa khususnya di lokasi Tapak TMSR500. Sementara hasil kajian ekologi yang telah dilakukan oleh Universitas Bangka Belitung menunjukan bahwa kesiapan Pulau Kelasa sebagai calon tapak PLTN TMSR500 adalah yang paling siap.
Sesi kedua membahas aspek keselamatan dan desain reaktor ThorCon TMSR500. UGM menyimpulkan bahwa kecelakaan serius dari Fukushima dan Chernobyl tidak mungkin terjadi selama pengoperasian reaktor ini. Empresarios Agrupados (EA) yang merupakan konsultan engineering berbagai proyek PLTN di berbagai negara serta Bureau Veritas (BV) sebagai Technology Qualification Assessor juga memberikan penilaian positif terhadap desain dan jadwal proyek dari ThorCon TMSR500 yang mana telah memberikan kontribusi konkrit dan siap dalam persiapan dan pembangunan PLTN pertama.
Sesi ketiga membahas mengenai bahan bakar dan penerimaan masyarakat. Pada paparannya, Hary Devianto, S.T.,M.Eng., Ph.D. selaku Kepala Laboratorium Keselamatan Proses dan Elektrokimia Energetik ITB menyatakan bahwa “laboratorium purifikasi garam yang dibangun
oleh ThorCon Power bekerjasama dengan ITB adalah awal dari tahapan yang sangat jelas menuju fabrikasi bahan bakar yang kami percaya dapat dibangun di Indonesia.”
Sementara Dr. Drajat Tri Kartono, M.Si dari UNS menimpulkan bahwa penerimaan masyarakat di Bangka Belitung terhadap pembangunan TMSR500 mencapai angka 73,73% yang artinya dapat dianggap diterima, mengingat angka tersebut melebihi ambang batas Acceptable Level of Acceptance.
Melalui FGD ini memperkuat keyakinan bahwa proyek TMSR500 yang diusung oleh PT ThorCon Power Indonesia adalah yang paling siap secara komprehensif dan berkomitmen untuk mematuhi semua regulasi dan standar yang berlaku. Dukungan kuat juga diberikan dari berbagai pihak termasuk Dewan Energi Nasional yang sepakat untuk mengusulkan ThorCon sebagai calon PLTN pertama di Indonesia dan ditandai dengan Direktur Operasi PT Thorcon Power Indonesia, Bob S Effendi berjabatan tangan dengan Agus Puji, sebagai pimpinan rapat. Hal ini sebagai upaya menuju pembangunan negeri yang ramah lingkungan dan berkelanjutan demi tercapainya target EBT dalam skenario transisi energi menuju NZE di 2060.