Investor Asal Inggris Serius Kembangkan Pembangkit Tenaga Nuklir di Indonesia

Konglomerat Media Inggris dan Pimpinan Platform TED, Chris Anderson, menyampaikan keseriusannya. Ia ingin memanfaatkan energi nuklir untuk pembangkit listrik di Indonesia. (Wikipedia)

NOMORSATUKALTIM.COM – Jakarta – Energi nuklir dinilai memiliki peran penting bagi masa depan. Karena mampu memberikan energi yang bersih. Hal ini pula yang membuat sebagian investor melakukan investasi dalam pemanfaatkan energi nuklir.

Konglomerat Media Inggris dan Pimpinan Platform TED, Chris Anderson mengungkapkan keseriusannya menjadi investor utama Thorcon International Pte.Ltd., perusahaan pengembang Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Thorium (PLTT). Thorcon International akan berinvestasi senilai Rp 17 triliun untuk mengembangkan PLTT di Indonesia.

“Skalabilitas perusahaan (thorcon) dengan menggunakan galangan kapal untuk menanggulangi masalah merupakan suatu terobosan, cara yang brilian dan kunci untuk efektivitas biaya dan harga,” ungkap Chris dalam acara gathering baru-baru ini.

Ia menambahkan, budaya teknis konservatif yang mengedepankan keselamatan tetapi tetap dapat memberikan ide yang brilian untuk menyelesaikan permasalahan perubahan iklim dengan biaya yang efisien, juga menjadi poin penting Thorcon. Selain itu, Chris juga melihat respons Indonesia yang positif dibandingkan negara-negara lainnya. Meski masih bersikap hati-hati, tetapi RI tetap bersedia maju dengan nuklir.

Dia menambahkan, sejalan dengan kian terbukanya regulasi, investor lainnya akan berbondong-bondong ikut masuk dan membuat skala proyek ini semakin cepat untuk bisa direalisasikan.

“Ini akan menjadi perjalanan yang luar biasa yang akan kami lakukan bersama,” kata Chris.

Deputi Bidang Koordinasi Kedaulatan Maritim dan Energi Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Basilio Dias Araujo mengatakan, program nuklir terasa lambat dalam tiga dekade terakhir. Namun saat ini, Indonesia sudah melangkah maju terhadap pengembangan PLTN.

Dengan mentransformasi ketentuan pilihan terakhir (last option) menjadi opsi yang layak dipertimbangkan (viable option). Kementerian ESDM juga telah membuat outline, beberapa arahan dan langkah nyata terkait PLTN dan menempatkan PLTN ke dalam draf Grand Strategy Energy untuk memprioritaskan penggunaan EBT dan energi alternatif yang bersih.

Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian ESDM, Dadan Kusdiana mengatakan, Indonesia memerlukan kapasitas tambahan untuk pembangkit EBT sekitar 38 GW di 2035. Penerapan transisi energi melalui pengembangan EBT dianggap bukan pekerjaan mudah.

Namun, dengan komitmen dan konsistensi yang kuat, diyakini target dapat dicapai. Untuk itu, diperlukan program percepatan. Salah satu program yang sedang dipertimbangkan adalah pembangunan PLTN skala kecil di remote area. (de/qn)

RELATED POST