BANGKAPOS.COM — Konglomerat Media Asal Inggris, Chris Anderson, yang juga merupakan Pimpinan dari TED, sebuah platform kelas dunia yang popular di kanal Youtube dengan menyebarluaskan beragam ide/pemikiran yang berharga kepada seluruh dunia, merupakan salah satu investor utama ThorCon, perusahaan pengembang Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir berbasis Thorium (PLTT) yang memiliki minat serius untuk melakukan investasi di Indonesia dengan nilai 17 Triliun Rupiah melalui skema Independent Power Producer (IPP).
Hal tersebut terungkap untuk pertama kalinya dalam acara Gathering yang diselenggarakan oleh Kantor Perwakilan ThorCon International di Jakarta pada tanggal 26 Februari 2021 lalu yang dihadiri oleh berbagai Kementerian Terkait, Anggota Dewan Energi Nasional, Wakil Gubernur Bangka Belitung (mewakili Gubernur Bangka Belitung yang berhalangan hadir dan mengirimkan video kata sambutan) hingga perwakilan PT PLN (Persero) dan berbagai mitra lainnya yang dilakukan secara langsung dan daring.
Chris Anderson meyakini bahwa energi Nuklir memiliki peran yang sangat penting bagi masa depan umat manusia dengan dapat memberikan energi yang bersih.
“Karena hal itulah, membawa saya untuk mencari perusahaan nuklir yang hebat untuk melakukan investasi yang membawa saya kepada ThorCon karena beberapa alasan yakni:
1) Skalabilitas perusahaan dengan menggunakan galangan kapal untuk menanggulangi masalah merupakan suatu terobosan, cara yang brilian dan kunci untuk efektivitas biaya dan harga;
2) Budaya teknis yang konservatif yang mengedepankan keselamatan tetapi tetap dapat memberikan ide yang brilian untuk menyelesaikan permasalahan perubahan iklim dengan biaya yang efisien;
3) Melihat bagaimana respon Indonesia yang positif dibandingkan negara-negara dunia lainnya, walaupun Indonesia masih bersikap hati-hati tetapi tetap bersedia maju dengan nuklir.” Ungkap Chris.
Deputi Bidang Koordinasi Kedaulatan Maritim dan Energi, Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Basilio Dias Araujo, mengatakan dalam kata sambutannya bahwa “Memang program nuklir terasa lambat dalam 3 dekade terakhir, tetapi saat ini Indonesia sudah lebih melangkah maju terhadap pengembangan PLTN dengan mentransformasi ketentuan pilihan terakhir (Last Option) menjadi pilihan yang layak dipertimbangkan (Viable Option) (sebagaimana yang sudah dibicarakan oleh Komisi VII DPR).
Kementerian ESDM sendiri telah membuat outline, beberapa arahan dan langkah nyata terkait PLTN dan menempatkan PLTN ke dalam draft Grand Strategy Energy untuk memprioritaskan penggunaan EBT dan energi alternatif yang bersih.”
Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian ESDM, Dadan Kusdiana, memberikan sambutan tertulis yang dibacakan secara langsung oleh Direktur Aneka Energi Baru dan Energi Terbarukan Ditjen EBTKE, Chrisnawan Anditya bahwa
“Kita memerlukan kapasitas tambahan untuk pembangkit EBT sekitar 38 GW di 2035.
Untuk itu, diperlukan program percepatan dan salah satu program yang sedang dipertimbangkan adalah pembangunan PLTN skala kecil di remote area.”
Beliau menjelaskan bahwa menerapkan transisi energi (melalui pengembangan EBT) memang bukan pekerjaan mudah, namun dengan komitmen dan konsistensi yang kuat, Beliau yakin target ini dapat dicapai.
Gubernur Bangka Belitung dalam kata sambutannya melalui video mengatakan bahwa “Atas nama Pemerintah dan Masyarakat Bangka Belitung, Kami merasa terhormat bahwa CEO ThorCon telah memilih Provinsi Kami sebagai lokasi Prototipe PLTT Anda. Kami yakin ini tidak hanya sekedar menjadi sejarah, tapi
kami yakin ini akan mentransformasi ekonomi Bangka-Belitung yang selama ini berfokus kepada timah menjadi ekonomi berbasis teknologi, dan niscaya Bangka Belitung akan menjadi Provinsi Nuklir Pertama di Indonesia.”
Anggota Dewan Energi Nasional dan mantan Wakil Ketua Komisi VII, Satya Widya Yudha, juga memberikan dukungan terhadap pengembangan PLTT dengan mengatakan bahwa
“Kebutuhan akan naik maka akan membutuhkan lebih banyak listrik kedepannya dan harus dicapai dengan energi yang bersih.
Saya memandang Thorium dan juga Uranium sebagai salah satu energi yang bersih.” Faktanya, Bangka Belitung sendiri memiliki banyak sumber daya Thorium dalam bentuk monasit sebagai tailing dari proses peleburan timah.
ThorCon sendiri menggunakan Thorium sebagai bahan bakar pembangkit listriknya, maka dari itu Pemilihan Bangka Belitung adalah pilihan yang tepat.
CEO ThorCon International, David Devanney, berkomitmen untuk menjadikan ThorCon sebagai produk asal Indonesia yang didesain dengan melibatkan berbagai ahli Indonesia, dibangun di Indonesia dan dapat menjadi embrio industri nuklir nasional yang akan menyerap ribuan tenaga kerja.
Salah satu bukti konkretnya adalah dengan melibatkan PT PAL Indonesia yang akan membangun reaktor dan komponen lainnya dari PLTT ThorCon secara bertahap, dan melibatkan ITB yang dimulai dengan membangun Laboraturium Molten Salt Fuel pertama di Dunia untuk memperoduksi bahan bakar PLTT sebagai komponen penting dalam kemandirian energi. David meyakini bahwa ThorCon dapat beroperasi di Indonesia sebelum tahun 2030.
Kepala Perwakilan ThorCon International, Bob S. Effendi mengungkapkan bahwa “Kami yakin dengan tahapan-tahapan yang terstruktur dan sistematis serta proposal yang memenuhi harapan dari Pemerintah, ThorCon berpotensi menjadi PLTN pertama di Indonesia yang dapat menempatkan Indonesia sekelas dengan negara-negara nuclear power lainnya seperti Amerika Serikat, Korea Selatan, China dan Rusia serta menjadikan Indonesia sebagai centre of excellence PLTNGenerasi Maju.”
Chris Anderson menjelaskan bahwa untuk membiayai proyek ThorCon ini tidak menjadi masalah, bahkan ini merupakan kesempatan investasi yang paling menggairahkan.
Sejalan dengan kian terbukanya regulasi yang mengatur, investor lainnya akan berbondong-bondong ikut masuk dan membuat skala proyek ini
semakin hebat secepat yang bisa dilakukan.
“Ini akan menjadi perjalanan yang luar biasa yang akan kita lakukan bersama”, Simpul Chris menutup acara Gathering pada hari itu.