\”Kami akan mengembangkan itu, yang akan kami bangun adalah 500 ribu megawatt. Kami berharap kurang lebih sudah mulai terimplementasikan pada 2025 atau 2026 mendatang jika sudah mendapatkan izin dari pemerintah,\” ujar Bob kepada Tempo di kantor Thorcon Indonesia, Jakarta, Selasa, 5 Maret 2019.
Thorium merupakan energi baru terbarukan, yang termasuk bahan bakar nuklir alternatif selain uranium. Menurut Bob, dengan teknologi Thorcon, sumber daya yang dibutuhkan lebih sedikit dibandingkan dengan batubara.
\”Dengan asumsi peraturan berbasis bukti yang efisien, ThorCon dapat menghasilkan listrik yang andal, bebas karbon, antara 3 dan 5 sen per kWh tergantung pada skala. Jadi sangat murah, bahkan bersaing dengan batubara,\” kata Bob.
Menurut Pakar Nuklir dari Inggis Staffan Qvist, nuklir merupakan komponen penting sebagai solusi perubahan iklim. Qvist juga melakukan kajian terhadap sistem keselamatan Thorium Molten Salt Reactor yang rencananya akan dibangun oleh Thorcon di Indonesia.
\”Jika kita semua peduli lingkungan, maka nuklir akan menjadi bagian dari masa depan peradaban manusia. Karena memiliki densiti energi yang besar sehingga membutuhkan lahan yang kecil dan satu-satunya sumber listrik nirkarbon yang memiliki tingkat keandalan tinggi dibanding yang lainnya,\” tutur Qvist.
Qvist, yang juga pernah melakukan penelitian tentang nuklir di Universitas California, diundang oleh Balitbang ESDM dalam rangka kajian tersebut. Menurut Qvist, negara yang terbukti berhasil menurunkan emisi adalah Swedia dan Prancis yang memanfaatkan nuklir dan hydro.