UGM Dan Thorcon Power Indonesia Jalin Kerjasama Guna Mendukung Implementasi PLTT di Indonesia
October 15, 2021PT ThorCon Power Indonesia bekerjasama dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional untuk Wujudkan Prototipe PLTN Pertama di Indonesia
February 8, 2022INDONESIA berkomitmen untuk menurunkan emisi gas rumah kaca sebesar 29% dengan usaha sendiri dan sebesar 41% dengan dukungan internasional pada 2030. Sektor energi ditargetkan menurunkan emisi karbon sebesar 15,50%.
Seperti diketahui, saat ini 65% sumber energi di Indonesia berasal dari batu bara. Guna mencapai target yang telah dicanangkan, Indonesia perlu melakukan transisi ke energi hijau yang ramah lingkungan.
Chief Operating Officer PT Thorcon Power Indonesia Sulaeman Effendi menjelaskan, beberapa kriteria energi hijau adalah emisi yang dihasilkan lebih sedikit, luas lahan yang dibutuhkan lebih kecil, dan tidak mengganggu ekosistem. Menurutnya, Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) merupakan sumber energi yang memenuhi kriteria tersebut.
“Nuklir adalah sumber energi paling bersih, tidak ada emisi dan lain-lain. Dan kalau kita bicara emisi maka kita bicara life cycle. Jadi dari pembangunan sampai terakhir, life cycle emissions nuklir juga paling kecil,” kata Sulaeman dalam live Instagram Nunggu Sunset, Selasa (21/12).
Selain itu, dari sisi volume limbah nuklit sangat kecil. Secara statistik limbah nuklir dibandingkan limbah industri adalah 1:200.000. Limbah nuklir ditangani, dikelola, dan disimpan dengan hati-hati sehingga sangat aman dan tidak merusak ekosistem.
Menurut Sulaeman, masih banyak misinformasi tentang nuklir. Masyarakat masih meragukan keselamatan dan keamanan PLTN akibat bencana nuklir Fukushima dan Chernobyl. Namun, dia menegaskan bahwa nuklir adalah sumber energi yang paling aaman dari seluruh pembangkit listrik, berdasarkan angka kematian per Terawatt Hour (TWH).
“Jika kita lihat, (angka) kematian per-TWH, maka kita lihat angkanya paling kecil. Dalam 50 tahun PLTN beroperasi, kematian akibat kecelakaan dari PLTN kurang dari 100 orang,” ujarnya.
“Sudah ada regulator/badan pengawas yang akan mengawasi, menjamin bahwasanya PLTN yang dibangun sangat aman. Yang namanya nuklir itu berbeda, diawasi oleh seluruh dunia sehingga itu sangat ketat, bahkan paling ketat,” imbuhnya.
Sulaeman mengungkapkan, dalam lima tahun terakhir PT Thorcon Power Indonesia sedang mengerjakan berbagai macam kajian yang akan diajukan kepada pemerintah sebagai pertimbangan pembangunan PLTN. Rencananya, PLTN tersebut akan dibangun di Kepulauan Bangka Belitung. Dia pun menargetkan sebelum tahun 2030, Indonesia bisa menikmati aliran listrik yang bersumber dari PLTN.
“Harapan kami pemerintah memberikan keputusan itu di akhir tahun 2022. Setelah ada lampu hijau, kami bisa mulai mengerjakannya,” tuturnya.
“Yang bisa memiliki kemampuan dan keekonomian yang setara dengan Batu Bara hanya nuklir. Jadi nuklir harus dipertimbangkan menjadi komponen penting transisi energi,” tandasnya. (OL-7)
Sumber: https://mediaindonesia.com/ekonomi/459347/wujudkan-transisi-energi-hijau-dengan-nuklir